Senin, 05 April 2010

Berbagi Nikmat dengan sahabat

Suatu sore yang sedikit mendung.

Di sebuah kamar kos yang terlihat cukup lebar, seorang gadis cantik nampak sedang terduduk di atas ranjang. Tangan kanannya nampak sedang meraba-raba vaginanya sendiri yang permukaannya tertutupi oleh bulu-bulu tipis berwarna hitam. Memang saat ini bagian bawah tubuh gadis tersebut tidak tertutup apapun lagi, karena celana pendek coklat maupun celana dalam putih polos yang semula dikenakannya kini tergeletak di sampingnya. Sedangkan tangan kiri gadis tersebut juga terlihat sibuk memilin-milin sendiri puting payudara kirinya. Tubuh atas gadis tersebut memang saat ini masih terbalut kaos ketat berwarna kuning, namun posisi bra putih yang dikenakakannya kini sudah bergeser dari posisinya semula.
Gadis cantik itu bernama Reisha. Ia berumur 19 tahun dan baru saja menginjak semester 3 di salah satu perguruan tinggi yang cukup bonafit di kota tersebut. Saat ini Reisha memang sedang dilanda birahi karena memang sebentar lagi dirinya akan mendekati masa menstruasi. Masa-masa seperti ini bagi seorang gadis seperti Reisha memang menjadi saat dimana libido sedang tinggi-tingginya. Sebagai seorang jomblo, tentunya Reisha tidak memiliki pasangan yang bisa ia ajak menyalurkan hasrat birahinya. Maka dari itu masturbasi pun menjadi satu-satunya cara yang paling efektif sebagai penyaluran birahinya saat ini.

Kedua mata Reisha nampak terpejam mencoba untuk menghayati rabaan demi rabaan yang ia lakukan sendiri pada tubuhnya. Sesekali desahan kecil terdengar dari mulut gadis cantik tersebut, ketika rabaannya menyentuh puting dan klitorisnya sendiri. Namun ketika semua usahanya ini hampir memperoleh” hasil”, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan pintu kamar kos Reisha.

“Tok… tok… tok…!”.

“Sial!”, runtuk Reisha di dalam hati. “Kenapa mesti di saat seperti ini ada tamu yang datang ke kosannya, benar-benar sial!”, runtuk gadis itu lagi.

“Tok… tok… tok…! Sha…!!”, suara ketokan di pintu kenbali terdengar, kini ditambah dengan suara teriakan seorang gadis.

“Sebentar…!”, teriak Reisha.

Dengan segera gadis cantik tersebut mengancingkan kembali kaitan branya dan mengenakan celana dalamnya.

“Ya, sebentar!”, teriak Reisha lagi sambil merapikan posisi celana pendek dan kaosnya.

Setelah merapikan pakaian dan sedikit mengusap-usap wajahnya di depan cermin yang terlihat sedikit memerah akibat menahan nafsu, gadis itu pun kemudian membuka pintu.

“Haii… lama amat sih bukanya?”, di depan pintu berdiri seorang gadis yang tak kalah cantik jika dibandingkan dengan Reisha. Gadis itu seumuran dengan Reisha dan merupakan temen satu kampusnya. Gadis itu bernama Shelvi.

“Eh iya, sorry tadi lagi di kamar mandi sih”, Reisha mencoba menutupi aktifitas yang tadi ia lakukan di dalam kamar.

Ternyata Shelvi tidak sendiri. Di belakangnya berdiri seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berwajah tampan. Rambut laki-laki itu tercukur rapi. Dari penampilannya terlihat ia cukup perlente. Mungkin ia adalah pacar Shelvi, pikir Reisha dalam hati.

“O iya, ini Rico cowok gue”, Shelvi memperkenalkan laki-laki yang berada di belakangnya tersebut.

“Rico”, laki-laki itu kemudian menyodorkan tangan kanannya.

Reisha pun membalasnya, “Reisha”. Kedua tangan mereka pun saling berjabatan tangan.

“Kok tumben nih? Ada apa Vi?”, tanya Reisha kepada sahabatnya.

“Gue mau ngomong bentar ama lu dong”.

Reisha mengerutkan keningnya.

“Ric, lu tunggu di sini aja dulu ya”, Shelvi berucap ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu pun hanya mengangguk.

Lalu Shelvi menarik tangan Reisha untuk masuk ke dalam kamar kosnya. Di dalam mereka duduk di atas ranjang.

“Ada apa sih Vi?”, Reisha kembali mengulangi pertanyaannya.

Shelvi menetakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, menandakan agar Reisha menurunkan volume suaranya. Ia pun kemudian berbisik, “Gini Sha, gue mau pinjem kamar lu bentar dong”.

“Ah? Buat apa?”, bisik Reisha penuh kecurigaan.

“Gue mau gituan ama cowok gue”, Shelvi berkata sambil memberikan isyarat tangan dengan memasukkan ibu jarinya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Reisha benar-benar tersentak melihat isyarat tangan sahabatnya tersebut. Tanda tersebut sering ia lihat setiap kali Shelvi ingin menyamarkan kata “making love”. Bukan tanda itu yang mengejutkan Reisha, karena ia tahu benar kalau memang sahabatnya ini sudah sering melakukan perbuatan terlarang tersebut dengan pacar-pacarnya. Yang membuatnya terkejut adalah kenapa ia memilih kamar kosnya ini untuk berbuat mesum.

“Gila lu ya? Nggak boleh!”, bentak Reisha sambil tetap berbisik.

“Please Sha, gue udah nggak tahan nih, memiaw gue udah basah banget”.

“Ngapain lu nggak cari hotel aja?”.

“Nggak sempet, ntar lagi cowok gue musti ke bandara, ini juga sama sekali nggak direncanain kok tiba-tiba dateng gitu aja waktu dia grepein gue di bioskop”.

“Aduh gimana ya?”, sebenarnya Reisha ingin mengatakan tidak, namun melihat ekspresi wajah Shelvi yang begitu memelas ia pun menjadi bingung harus memberi jawaban apa.

“Please Sha, cowok gue cuma sehari ini aja bisa transit di sini, ntar malem dia musti keluar kota lagi jadi waktu gue ama dia cuma bentar banget nih”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar